Semangat Menuntut Ilmu dalam Islam

Menuntut ilmu bukan hanya kewajiban dalam Islam, tetapi juga sebuah kehormatan. Sejak ayat pertama Al-Qur’an diturunkan, Islam telah menegaskan pentingnya ilmu sebagai fondasi bagi peradaban. Firman Allah SWT dalam surah Al-‘Alaq membuka dengan kata, "Iqra’" (Bacalah) — perintah yang menunjukkan bahwa Islam lahir dengan membawa misi ilmu pengetahuan dan pemahaman.
Ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada pengetahuan agama semata, tetapi mencakup segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Baik itu ilmu syariat, ilmu alam, ilmu sosial, maupun teknologi — semuanya bernilai jika diniatkan untuk kebaikan dan dijalankan dalam koridor keimanan.
Ilmu Sebagai Jalan Menuju Ketakwaan
Salah satu tujuan utama dari ilmu adalah membawa seseorang lebih dekat kepada Allah. Ilmu bukan hanya memperkaya akal, tetapi juga membersihkan hati. Dengan ilmu, seseorang mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, yang benar dan yang salah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." (QS. Fathir: 28). Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu sejati akan melahirkan ketundukan, bukan kesombongan.
Ulama sebagai pewaris para nabi bukan hanya karena pengetahuannya, tetapi karena ilmunya menghidupkan jiwa dan membawa manfaat bagi umat. Ilmu yang benar tidak menjadikan seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain, melainkan lebih bertanggung jawab dalam menyampaikan kebenaran dengan bijak.
Rasulullah sebagai Teladan Pecinta Ilmu
Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam menjadikan ilmu sebagai kekuatan utama dakwah. Dalam waktu yang relatif singkat, beliau berhasil membentuk masyarakat Madinah yang cinta ilmu, tertib, dan berakhlak. Beliau sering mengadakan majelis ilmu di masjid, mengutus para sahabat untuk belajar dan mengajar, serta memotivasi umatnya agar terus menuntut ilmu, bahkan jika harus menempuh perjalanan jauh.
Dalam sebuah hadis yang terkenal, Rasulullah bersabda, "Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim). Hadis ini tidak hanya menekankan keutamaan ilmu, tetapi juga menggambarkan bahwa proses menuntut ilmu adalah bagian dari perjalanan spiritual menuju ridha Allah.
Menuntut Ilmu Tanpa Batas Usia
Islam tidak pernah membatasi pencarian ilmu pada usia tertentu. Menuntut ilmu adalah aktivitas sepanjang hayat. Dalam sejarah Islam, banyak ulama besar yang baru dikenal luas setelah usia senja. Imam Abu Hanifah belajar dan mengajar hingga usia tua. Imam Syafi’i dikenal sangat tekun belajar sejak kecil, bahkan dalam kemiskinan dan keterbatasan.
Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya tidak merasa terlambat untuk belajar. Menuntut ilmu bukan hanya untuk mendapatkan gelar atau pekerjaan, tetapi untuk memperbaiki diri, memahami agama, dan memberi manfaat bagi sesama. Bahkan dalam kondisi sakit atau renta, semangat untuk belajar tidak boleh padam, karena ilmu adalah cahaya yang terus menyala dalam hati orang beriman.
Ilmu yang Diamalkan: Wujud Ilmu yang Hidup
Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Dalam Islam, ilmu bukan untuk dikoleksi atau disombongkan, melainkan untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang Muslim yang berilmu akan terlihat dari akhlaknya, tutur katanya, serta kontribusinya dalam memperbaiki lingkungan sekitarnya.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menjadikan seseorang lebih rendah hati, lebih bijaksana, dan lebih peduli. Itulah sebabnya, para ulama terdahulu sangat berhati-hati dalam mengajarkan ilmu, karena mereka memahami bahwa ilmu adalah amanah, bukan sekadar informasi.
Rasulullah SAW juga memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat dalam doanya, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.” Ini menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pentingnya kualitas ilmu, bukan hanya kuantitasnya.
Menjadi Generasi yang Mencintai Ilmu
Di tengah arus informasi yang deras dan godaan untuk hidup serba instan, umat Islam perlu kembali membangun budaya ilmu. Belajar tidak boleh hanya sebatas rutinitas, tetapi harus menjadi bagian dari gaya hidup. Anak-anak perlu dikenalkan pada keindahan ilmu sejak dini, dan orang dewasa perlu terus memperbaharui pengetahuan mereka agar tidak tertinggal zaman. Semangat menuntut ilmu dalam Islam adalah warisan agung yang telah membentuk peradaban besar sepanjang sejarah. Kini, tugas kita adalah meneruskan semangat itu dengan kesungguhan, keikhlasan, dan komitmen untuk mengamalkannya. Dengan ilmu, umat Islam akan kembali berdiri tegak sebagai umat yang membawa rahmat, kebaikan, dan peradaban.