Makna dan Sejarah Idul Adha

25 Jul 2020
Sumber: www.unsplash.com

Dalam kalender Agama Islam setiap tanggal 10 Dzulhijah semua warga muslim di dunia merayakan Idul Adha atau yang dikenal dengan sebutan Hari Raya Haji, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji melakukan wukuf di padang Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih yang disebut pakaian ihram,melambangkan semuanya merasa sederajat, sama –sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Selain dinamakan Hari Raya Haji, Idul Adha juga sering dinamakan Idul Qurban, karena bagi umat Muslim  yang belum mampu mengerjakan perjalanan Haji, diberi kesempatan untuk berkurban, dengan cara menyembelih hewan qurban sebagai simbol kecintaan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Syariat yang diturunkan kepada Ibrahim AS, asal mula kurban adalah sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya, Nabi Ibrahim AS mendapatkan mimpi bahwa dirinya menyembelih puteranya sendiri yang tak lain Nabi Ismail. Yang mimpi seorang Nabi adalah salah satu cara –cara turunya Wahyu dari Allah SWT, maka dari itu perintah tersbut harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim AS.

Mimpi Nabi Ibrahim yang merupakan wahyu dari Allah itu tentu membuatnya gundah gulana. Namun, saking cinta dan taatnya pada Allah, ia dengan lapang dada mau menyembelih anaknya. Akhirnya suatu hari  Nabi Ibrahim mendatangi Ismail untuk meyampaikan perintah Allah bahwa ia harus menyembelih putranya. Sungguh tak disangka, Ismail justru mengamini perintah dalam mimpi ayahnya tersebut. 

 Saat hari penyembelihan yakni tanggal 10 Zulhijah, Nabi Ibrahim dan Ismail menuju tanah lapang, untuk segera melakukan perintah Allah SWT tersebut, Nabi Ibrahim menyiapkan sbuah pedang yang telah diasah dengan sangat tajam agar Puteranya merasa sakit ketika disembelih. Ismail punmeminta ayahnya untuk menutup mata saat menyembelih agar tak ragu. Namun 

Namun, ketika nabi Ibrahim mulai menyembelih anaknya, pedang tersebut selalu terpental. Ismail kemudian berkata bahwa dirinya ingin tali pengikat yang ada di tangan dan kakinya dilepas. Hal itu dilakukan agar malaikat dapat menyaksikan bahwa ia taat kepada Allah SWT. 

Ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa Malaikat Jibril-lah yang membawa domba serta menukarnya dengan Nabi Ismail. Pada saat itu, dituliskan bahwa semesta beserta isinya mengucapkan takbir demi meng-agungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran yang dimiliki oleh Ismail dan Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah yang berat tersebut.  Sejak saat itulah, tanggal 10 Zulhijah diperingati sebagai Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban.

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’

Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar. Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail diatas, bagi kita harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang mengandung pembelajaran yang  banyak.

Pertama ketakwaan,  Pengertian taqwa terkait dengan ketaatan seorang hamba pada Sang Khalik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Nya. Koridor agama (Islam) mengemas Kehidupan secara harmoni seperti halnya kehidupan dunia-akherat. Bahwa mereaih kehidupan baik (hasanah) di akhierat kelak perlu melalui kehidupan di dunia yang merupakan ladang untuk memperbanyak kebajikan dan memohon ridho Nya agar tercapai kehidupan dunia dan akherat yang hasanah. Peristiwa ini pun mencerminkan Islam sangat menghargai nyawa dan kehidupan manusia, Islam menjunjung tinggi peradaban manusia.

Kedua, hubungan antar manusia. Ibadah-ibadah umat Islam yang diperintahkan Tuhan senantiasa mengandung dua aspek tak terpisahkan yakni kaitannya dengan hubungan kepada Allah (hablumminnalah) dan hubungan dengan sesama manusia atau hablumminannas. Ajaran Islam sangat memerhatikan solidaritas sosial dan mengejawantahkan sikap kepekaan sosialnya melalui media ritual tersebut. Hikmah yang dapat dipetik dalam konteks ini adalah seorang Muslim diingatkan untuk siap sedia berkurban demi kebahagiaan orang lain khususnya mereka yang kurang beruntung, waspada atas godaan dunia agar tidak terjerembab perilaku tidak terpuji seperti keserakahan, mementingkan diri sendiri, dan kelalaian dalam beribadah kepada sang Pencipta.

Ketiga, peningkatan kualitas diri. Hikmah ketiga dari ritual keagaamaan ini adalah memperkukuh empati, kesadaran diri, pengendalian dan pengelolaan diri yang merupakan cikal bakal akhlak terpuji seorang Muslim. Akhlak terpuji dicontohkan Nabi seperti membantu sesama manusia dalam kebaikan, kebajikan, memuliakan tamu, mementingkani orang lain (altruism) dan senantiasa sigap dalam menjalankan segala perintah agama dan menjauhi hal-hal yang dilarang.

Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan dipadang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.