Makna dan Keutamaan Istighfar Setiap Hari

24 Jun 2025

Dalam kehidupan yang penuh ujian dan kesibukan dunia, manusia sering kali lalai, tergelincir dalam dosa, baik yang disadari maupun tidak. Di tengah kelemahan itu, Allah SWT memberikan jalan untuk kembali—melalui istighfar. Mengucapkan “Astaghfirullah” bukan hanya permohonan ampun, tetapi juga tanda kerendahan hati, kesadaran diri, dan bentuk pengakuan bahwa kita adalah hamba yang selalu butuh rahmat-Nya.

Istighfar bukan hanya untuk orang yang telah melakukan kesalahan besar. Bahkan Rasulullah SAW, yang maksum dan dijaga dari dosa, beristighfar setiap hari. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Bukhari)

Dari sini, kita belajar bahwa istighfar adalah kebutuhan ruhani harian—bukan sekadar reaksi saat merasa bersalah, tetapi rutinitas spiritual yang memberi ketenangan dan mendekatkan kita kepada Allah.

Istighfar sebagai Pengakuan dan Ketundukan

Ketika seorang hamba mengucapkan istighfar, ia sedang mengakui bahwa dirinya tidak sempurna. Dalam masyarakat yang sering mengagungkan pencapaian dan citra diri, istighfar adalah latihan kejujuran hati. Ia menundukkan ego, mematahkan kesombongan, dan menyadarkan bahwa betapapun tinggi posisi atau ilmunya, seorang manusia tetap hamba yang rapuh.

Istighfar mengingatkan kita bahwa ampunan Allah lebih luas daripada dosa-dosa kita. Tidak ada satu pun manusia yang bersih dari salah, tapi semua diberi peluang yang sama untuk kembali dan diperbaiki oleh kasih sayang-Nya.

Keutamaan Dunia dan Akhirat

Istighfar bukan hanya amalan spiritual, tetapi juga membawa dampak nyata dalam kehidupan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menjanjikan keberkahan bagi mereka yang senantiasa beristighfar: “Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai.’” (QS. Nuh: 10–12). Ayat ini menunjukkan bahwa istighfar adalah kunci terbukanya pintu-pintu rezeki, keberkahan keluarga, dan kemudahan dalam kehidupan. Dalam kenyataan sehari-hari, orang yang terbiasa beristighfar hidupnya cenderung lebih lapang. Bukan berarti bebas masalah, tapi hatinya lebih kuat menghadapi kesulitan.

Istighfar juga membuka jalan menuju pengampunan di akhirat. Dalam surah Ali Imran, Allah memuji orang-orang yang setelah berbuat salah segera mengingat Allah dan memohon ampun. Janji Allah bagi mereka adalah ampunan dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Ketenangan Jiwa dalam Istighfar

Di zaman yang serba cepat dan menekan, banyak orang mencari ketenangan dalam berbagai cara—hiburan, pelarian, bahkan hal-hal yang merusak diri. Padahal, salah satu sumber ketenangan sejati adalah istighfar. Ia mengisi ruang kosong di hati, membersihkan luka batin, dan menyejukkan pikiran yang resah.

Istighfar menjadikan hati lebih ringan. Saat kita merasa bersalah atau penuh beban, mengucapkan “Astaghfirullah” bisa menjadi jembatan untuk melepaskan semua itu. Bukan karena kata itu magis, tapi karena di baliknya ada kesadaran, harapan, dan hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya.

Orang yang terbiasa beristighfar tidak mudah larut dalam rasa bersalah atau terpuruk dalam penyesalan yang membutakan. Ia tahu bahwa setiap kesalahan bisa diperbaiki, setiap dosa bisa dihapuskan, selama masih ada niat untuk kembali.

Membiasakan Istighfar, Menumbuhkan Harapan

Mengucap istighfar setiap hari adalah cara untuk membersihkan jiwa secara berkala. Ia seperti hujan yang menyirami tanah kering dalam hati, menjadikannya subur kembali. Bukan hanya sebuah amalan lisan, tapi juga proses perbaikan diri, penguatan jiwa, dan penumbuhan harapan dalam hidup yang sering terasa berat.

 

Di tengah dunia yang penuh kekhawatiran dan kegelisahan, istighfar adalah dzikir pengingat bahwa selalu ada ruang untuk memulai kembali. Dan Allah, dengan segala cinta dan ampunan-Nya, tidak pernah menutup pintu bagi hamba yang ingin kembali pulang.