Hikma Dibalik Peristiwa Isra dan Mi'raj

04 Feb 2019

Seperti yang kita ketahui bahwa Isra Mi’raj adalah sebuah peristiwa pergantian misi kenabian dan kerasulan dari bani israil kepada bangsa lain. Seperti yang banyak kita ketahui bahwa kebanyakan Nabi dan Rasul berasal dari keturunan Bani Israil. Dialihkannya tugas kenabian dan kerasulan kepada pihak lain ini Allah SWT lakukan karena ada beberapa hal yakni:

Bani Israil adalah termasuk bangsa yang bandel dan sukar diatur, kejadian ini digambarkan Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 67-71 tentang peristiwa penyembelihan sapi.

Bangsa yang penakut dan pengecut, selain menjadi bangsa yang sukar diatur, bani israil juga penakut. Sifat ini digambarkan oleh Allah SWT di QS Al-Maidah Ayat 2.

Isra sendiri memiliki arti perjalanan dimalam hari, Nabi Muhammad melakukan perjalanan dimalam hari dari Masjidil Haram yang ada di Makkah menuju ke Masjidil Aqsa yang ada di Syam, perjalanan yang Nabi tempuh tidak kurang dari semalam. Selain memang terdengar tidak masuk di akal, mereka yang tidak mempercayai singkatnya waktu Isra nabi ini agak kurang teliti dan lupa terhadap apa yang Allah gambarkan pada Al-Quran tentang peristiwa mulia ini. 

Dalam Al-Quran Surat Al-Isra ayat 1 , Al-Quran menggunakan lafa “Asra” yang memiliki makna memperjalankan pada malam hari. Dlam ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa Allah SWT lah yang memperjalankan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang jaraknya tidak bisa ditempuh dalam satu malam. 

Mi’raj sendiri merupakan peristiwa naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa menuju langit ke-7 yaitu Sidratul Muntaha. Tidak adanya ayat yang dengan tegas menjelaskan tentang peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad. Ketidakadaan ini mengindikasikan bahwa peristiwa tersebut tidak mengandung peluang nalar untuk menjangkau kejadian tersebut. Namun ada beberapa ayat yang mendekati tentang peristiwa Mi’raj Nabi yakni QS Al-Najm ayat  13-14. jika kita simak tentang isi ayat tersebut membahas tentang jumlah bintang (Najm) dilangit, yang bahkan ilmuan moderen tidak tahu dengan tepat berapa jumlah bintang di angkasa. Dengan demikian, untuk kita mempercayai peristiwa Mi’raj dengan kalbu dan iman, tanpa harus akal untuk menerima.