Etika Berbicara dalam Islam: Belajar dari Rasulullah

07 Jul 2025

Berbicara adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada manusia. Namun, dalam Islam, berbicara bukan hanya soal menyampaikan maksud, tetapi juga tentang tanggung jawab dan akhlak. Rasulullah ﷺ sebagai uswatun hasanah (teladan terbaik) telah memberikan contoh nyata bagaimana berbicara dengan adab, santun, dan penuh hikmah. Artikel ini akan membahas bagaimana etika berbicara dalam Islam, berdasarkan ajaran dan keteladanan Rasulullah ﷺ.

1. Makna Pentingnya Etika Berbicara dalam Islam

Islam memandang bahwa setiap kata yang terucap memiliki konsekuensi, baik duniawi maupun ukhrawi. Firman Allah dalam surah Qaf ayat 18 menyatakan:

Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa setiap perkataan akan dicatat, dan karenanya harus dijaga. Oleh sebab itu, etika berbicara menjadi sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim.

2. Keteladanan Rasulullah dalam Berbicara

Rasulullah ﷺ adalah pribadi yang dikenal lemah lembut dalam tutur kata. Beliau tidak pernah berkata kasar, tidak suka mencela, dan selalu memilih kata yang baik bahkan dalam situasi sulit. Salah satu ciri utama cara berbicara Rasulullah ﷺ adalah:

  • Lemah lembut dan tidak menyakiti
    Rasulullah ﷺ berbicara dengan kelembutan yang menyentuh hati. Dalam hadis disebutkan, beliau tidak pernah mencela makanan, tidak menghina orang, dan tidak berkata kotor.

  • Berbicara seperlunya dan tidak berlebih
    Rasulullah ﷺ memilih diam jika tidak ada hal penting untuk dikatakan. Beliau bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Jelas, tenang, dan penuh makna
    Ketika berbicara, Rasulullah ﷺ menyampaikan kalimat dengan jelas dan perlahan, sehingga mudah dipahami. Beliau tidak tergesa-gesa, dan memilih kata dengan hati-hati.

3. Prinsip Etika Berbicara yang Dianjurkan dalam Islam

Etika berbicara yang bisa kita teladani dari Rasulullah ﷺ antara lain:

  • Berkata benar dan jujur
    Kejujuran adalah fondasi dalam setiap ucapan. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.

  • Menghindari ghibah dan fitnah
    Islam sangat melarang membicarakan keburukan orang lain, apalagi menyebarkan kebohongan. Ghibah diibaratkan memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati.

  • Tidak menyakiti dengan kata-kata
    Islam mengajarkan untuk menjaga lisan agar tidak menyakiti hati orang lain. Kata-kata yang menyakitkan bisa melukai lebih dalam daripada pukulan fisik.

  • Bersikap sopan dan tidak memotong pembicaraan
    Rasulullah ﷺ tidak pernah memotong pembicaraan orang lain. Beliau memberi kesempatan orang untuk menyelesaikan ucapannya terlebih dahulu.

4. Dampak Perkataan terhadap Diri dan Orang Lain

Ucapan memiliki kekuatan besar—dapat menjadi sumber kedamaian atau sebaliknya, menyulut permusuhan. Banyak konflik terjadi hanya karena kata-kata yang tidak dijaga. Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa "kebanyakan manusia tergelincir ke dalam neraka karena lisan mereka. Maka menjaga lisan bukan hanya masalah sosial, tetapi juga bagian dari iman."

5. Menerapkan Etika Berbicara dalam Kehidupan Sehari-hari

Agar kita bisa meneladani Rasulullah ﷺ dalam hal berbicara, berikut ini bentuk aksi nyata yang dapat dilakukan:

  • Berlatih berbicara dengan tenang dan tidak tergesa-gesa

  • Menghindari candaan yang menyakitkan atau mengandung kebohongan

  • Berlatih mendengarkan orang lain sampai selesai

  • Membiasakan berkata yang membangun dan memotivasi

  • Ber-istighfar jika tanpa sadar mengucapkan hal buruk

  • Memulai hari dengan niat menjaga lisan

  • Mengajari anak-anak dan keluarga adab berbicara yang baik

 

Etika berbicara adalah cermin dari keimanan seseorang. Rasulullah ﷺ telah menunjukkan bagaimana berbicara yang baik bisa mencerminkan kelembutan hati, kebijaksanaan, dan kasih sayang. Di zaman penuh kebisingan seperti saat ini, teladan beliau sangat relevan untuk kita hidupkan kembali. Marilah kita senantiasa menjaga lisan, memilih kata yang baik, dan menjadikan setiap ucapan sebagai ladang pahala. Sebab, mulut bisa jadi jalan menuju surga, atau sebaliknya. Pilihan ada pada kita.